PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) mengalihkan armada transhipment ke pengangkuatan muatan domestik. Strategi ini dilakukan seiring dengan kebijakan pemerintah dalam larangan ekspor batu bara.
Direktur Trans Power Marine Rudy Sutiono mengatakan, larangan ekspor batu bara bersifat sementara dan armada-armada perseroan tidak hanya melayani muatan transhipment tetapi juga melayani muatan domestik. “Apabila terjadi pengurangan muatan transhipment maka strategi Perseroan adalah mengalihkan armada untuk mengangkut muatan domestik,” ujar dia dalam keterangan resmi, Kamis (6/1/2022).
Menurut Rudy, setelah adanya larangan sementara ekspor batu bara ini, permintaan armada muatan domestik kepada perseroan meningkat. Perseroan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi permintaan tersebut.
“Larangan ekspor ini tidak memiliki dampak material terhadap kegiatan operasional, kinerja keuangan, perkara hukum dan kelangsungan usaha perseroan atau entitas anak perseroan,” ujar dia.
Sebelumnya, Trans Power Marine bersama dengan PT Pacifik Pelayaran Indonesia (PPI) dan T&J International Holding Limited (TJI) teken Perjanjian Pemegang Saham untuk bekerja sama pengangkutan barang curah, antara lain untuk nikel dan batu bara. Perjanjian tersebut telah diteken pada 23 Desember 2021 sebagai kelanjutan dari Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani pada 29 Oktober 2021 lalu.
Rudy mengatakan, kerja sama ini diwujudkan melalui PT Trans Logistik Perkasa (TLP) yang direncanakan akan membeli lebih kurang 60 set kapal tunda dan tongkang secara bertahap untuk kebutuhan pengangkutan biji nikel. Hal tersebut sebagai upaya mendukung kebutuhan batu bara smelter di area Indonesia bagian tengah termasuk Sulawesi Tengah dan Indonsia bagian timur termasuk Maluku. TLP juga kemungkinan membeli beberapa unit mother vessel yang akan dikhususkan melayani kedua daerah tersebut.
“Dengan total investasi US$ 250 juta untuk membeli 60 set kapal tunda dan tongkang sebagai target investasi akan meningkatkan profitabilitas TPMA di masa yang akan datang. Kebutuhan batu bara untuk smelter di kedua daerah tersebut membuka peluang investasi beberapa unit mother vessel yang tentunya mendukung program pemerintah pada industri nikel dan turunannya,” ujar Rudy dalam keterangan tertulis.
Emiten bergerak di bidang logistik dan pelayaran tersebut melakukan diversifikasi ke pengangkutan nikel karena saat ini menjadi primadona di Indonesia dan smelter-smelter di Indonsia bagian tengah dan Indonesia bagian timur akan menyerap tenaga kerja Indonesia yang tidak sedikit.
Menurut Rudy, rencana pembelian kapal-kapal tersebut sedang dalam proses pembiayaan dan diharapkan pada awal tahun depan sudah dapat difinalisasikan sehingga pembelian kapal dapat mulai direalisasikan.
Dengan dukungan dan kerja sama yang kuat, para pihak percaya dan optimis TPMA akan terus bertumbuh secara berkelanjutan dan memberikan kontribusi positif kepada para pemangku kepentingan pada umumnya dan pemegang saham TPMA pada khususnya,” ujar dia.